Rabu, 15 Agustus 2012

DIMANA ALLAH?

ad300
Advertisement
(Oleh: Ust. Abu Sangkan)
 
Alqur'an didalam mengungkapkan suatu masalah yang konkrit, misalnya hukum rajam, hukum jinayat, hukum waris, hukum syariat mu'amalat, dijelaskan Dengan kalimat yang bukan majaz ... yaitu muhkamat artinya sudah jelas, tidak perlu ditafsirkan lagi. Seperti shalatlah kamu, dan bayarlah zakat , dst...

Akan tetapi kalau sudah mencakup persoalan ghaib ... tentang Allah, syurga, dan neraka, ... serta perasaan, maka Alqur'an menggunakan kalimat perumpamaan ... metafora ... yang biasa disebut mutasyabihaat..

Ada kelemahan bahasa manusia jika mengungkapkan rasa, sehingga Rasulullah ketika menjelaskan masalah syurga-pun tidak menjelaskan keadaan sebenarnya ... beliau hanya memberikan gambaran bahwa syurga itu indah dan nikmat, dibawahnya ada air susu dan madu mengalir, ada buah-buahan ,korma, anggur dan arak....setelah itu beliau memberikan penjelasan ... keadaan syurga itu tidak pernah terdengar oleh telinga ... tidak bisa terbayangkan oleh Pikiran ... dan tidak pernah terlintas dihati. Artinya bukan seperti apa yang digambarkan oleh Rasulullah ... (lihat gambaran syurga dalam surat Yaasin ayat:55-57)

Bagaimana Rasulullah akan menjelaskan sesuatu, atau keadaan yang didunia Ini tidak ada. Bagaimana beliau akan memperbandingkan sesuatu yang tidak ada didunia. Apa jadinya kalau syurga itu seperti apa yang telah kita bayangkan tadi ... mirip dengan apa yang kita rasakan ... Hal ini juga terjadi kepada kita, ketika dihadapkan persoalan ungkapan rasa misalnya, hatiku telah bersemi lagi ... mendidih rasa hatiku tatkala melihat orang kafir itu membantai kaum muslim Bosnia ... perampok itu tergolong pembunuh berdarah dingin .... dan banyak lagi ungkapan rasa yang tidak tertampung dan terwakili oleh kosa kata bahasa verbal ....

Namun demikian, kita sudah memahami maksudnya tanpa harus menafsirkan kalimat tersebut, sebab kalau kita mencoba menafsirkan ungkapan itu maka akan terjadi kesalah fahaman yang pasti akan menyimpang, sehingga wajarlah Rasulullah tidak pernah menafsirkan atau memberikan keterangan hal tersebut berupa 'foot note' dalam Alqur'an, sebab para sahabat sudah mengerti Maksudnya tanpa harus bertanya apa maksudnya. Misalnya ada orang berkata " saya mau pergi ke rumah sakit" pasti anda tidak akan mengernyitkan mata karena bingung..khan ? Jangan ditafsirkan dengan mengatakan "rumah kok sakit"

Begitu pula tentang keberadaan Allah bahkan wujud Allah ... Allah Mempergunakan kalimat mutasyabihat dalam menerangkan keadaan diri-Nya, seperti dalam firman-Nya :

" ... Allah adalah cahaya langit dan bumi" (QS. An Nur: 35)
" ... hai iblis apakah yang menghalangi kamu bersujud kepada yang telah Ku Ciptakan dengan kedua tangan-Ku ..." (QS. As Shaad:75)
"maka Allah menjadikannya tujuh langit dalam dua hari..." (QS. Al Fushilat 12)
" ... Allah meliputi segala sesuatu" (QS. Al Fushilat 54)
"Dan Dia lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari dan singgasana-Nya sebelum itu berada diatas air" (QS. Al Hud:7)

Didalam buku Berguru Kepada Allah pada 'Bab Membuka Hijab', telah saya tulis & jelaskan tentang pertanyaan dimana, dan seperti apa Allah swt ?

Firman Allah:

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku ini dekat ..." (QS. Al Baqarah :186)
".. dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya" (QS. Qaaf:16)
" ... ingatlah bahwa sesungguhnya Dia maha meliputi segala sesuatu" (QS. Al Fushilat 54)
" ... kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah .. "(QS. Al Baqarah:115)

Sangat jelas bagi kita, bahwa ungkapan-ungkapan mutasyabihat diatas, dimengerti bukan untuk ditafsirkan, melainkan sebagai batasan fikiran melalui konsepsi manusia. Bukan hal yang sebenarnya, sebab Allah tidak bisa dibandingkan dengan sesuatu (QS. As syura: 11), bahwa Allah tidak bisa dilihat dengan mata manusia dan tidak bisa dijangkau oleh fikiran manusia akan tetapi Allah Maha Melihat segala yang kelihatan (QS. Al An'am : 102-103)

Seperti yang pernah saya katakan, bahwa Allah mentasybihkan dan meminjam kata-kata yang dimiliki manusia untuk memudahkan berdialog dan memberikan pengertian dalam bentuk bahasa manusia dan ilmu, sebab kalau kita menterjemahkan dengan kata sebenarnya maka akan ada benturan-benturan yang saling bertentangan ...

Mari kita perhatikan firman Allah dibawah ini:

"Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari dan singgasananya sebelum itu berada diatas air" (QS. Hud :7)

"Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang berada diantara mereka dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam diatas singgasana-Nya"(QS. Sajdah :4)

Bukankah syirik, untuk memberikan tafsiran yang menggambarkan bahwa Allah memerlukan singgasana dan bahwa singgasana itu seakan-akan terapung diatas air dan juga seakan-akan Allah sesudah membuat langit dan bumi berserta isinya naik kembali ke tahta-Nya ?

Alangkah anehnya, jika dikatakan Allah dalam menciptakan langit dan bumi beserta isinya memerlukan waktu enam hari/masa ? Padahal bumi dan matahari belum tercipta! Apa yang menjadi patokan waktu, ... padahal ruang pun tidak ada. Namun demikian, saya akan sedikit berikan gambaran masalah penciptaan alam dan persoalan waktu ...

Bilamana maha ledakan (big bang) itu terjadi ? Dari pengetahuan kita mengenai kecepatan berkembangnya alam semesta, diperkirakan peristiwa itu terjadi antara sepuluh sampai lima belas miliar atau ribu juta tahun yang lalu. Kemudian, dari keliling kosmos dan umurnya, dapat dihitung kembali suhu alam semesta sesaat sesudah ledakan itu terjadi. Diperkirakan pada saat itu suhu kodmos melebihi seratus juta juta juta juta derajat, karena kerapatan materi yang sangat tinggi pula. Orang tidak pula dapat menamakan keadaan alam semesta pada waktu itu. Kerapatan tinggi pada suhu rendah membentuk benda padat, kerapatan rendah pada suhu tinggi membentuk gas, tetapi kerapatan materi yang sangat tinggi yang dibarengi dengan suhu yang sangat tinggi, ilmuwan pun tidak tahu keadaannya kecuali menamakannya sebagai "sop kosmos" suatu fluida.

Inilah yang disebut dalam ayat 7 surat Hud dengan "air". Kata-kata " singgasana-Nya berada diatas air (sebelum bumi dan langit diciptakan), oleh karena mengandung makna bahwa pemerintahan atau peraturan Allah ditegakkan atas fluida kosmos itu. Pada saat itu materi beserta ruang kosmos sudah diatur oleh Allah. dan mereka mengikuti serta tunduk pada peraturan-peraturan itu, jadi pada saat diciptakan alam semesta, Allah telah menetapkan berlakunya hukum-hukum alam sebagai sunnatullah Dengan erlakunya hukum-hukum alam ini maka semua makhluk, baik ruang kosmos, atom molekul, partikel dan seluruh materi yang tersusun sebagai benda mati atau hidup, matahari, bumi, bintang dan sebagainya, berjalan sepanjang waktu sesuai dengan ketetapan hukum-hukum tersebut, ... tidak satupun yang menyimpang kecuali izin Allah.

Kitapun dapat mengerti apa makna yang terkandung dalam surat Sajadah ayat 4, dimana dinyatakan bahwa setelah melewati fase 'sop kosmos', Allah menciptakan langit dan bumi beserta segenap isinya, dalam enam hari dan menegakkan kekuasaan atau pemerintahan-Nya sekaligus sejak awal penciptaan.

Kita semua mengetahui apa yang disebut ruang secara intuitif, yaitu suatu volume berdimensi tiga yang dapat ditempati oleh suatu benda. Tiap benda didalam ruang itu mempunyai tempat yang dalam ilmu pengetahuan alam, ditunjukkan oleh apa yang disebut koodinat ruang. Kita juga mengetahui apa yang dimaksud dengan kata-kata waktu, ... ia memberikan urutan ketika berlangsung gejala gejala di dunia ini ... "kemarin" mendahului "sekarang", dan "sekarang" lebih awal dari "besok". Didalam sains, kita mengatakan bahwa gejala-gejala itu membuat koordinat waktu. jadi semua gejala alamiah memiliki koordinat ruang dan waktu, karena mereka terjadi pada tempat-tempat dan pada urutan waktu masing-masing. Orang mengatakan bahwa gejala-gejala alam itu berjalan melalui kontinuum ruang dan waktu, sebab orang beranggapan bahwa suatu gejala diikuti oleh gejala-gejala lanjutannya dalam suatu rangkaian yang tak terputus, berlanjut atau kontinu. Kecuali itu pengertian kontinuum ruang-waktu mengandung makna, bahwa ruang dan waktu merupakan satu kebulatan yang tak terpisah satu sama lain.

Kalau dulu waktu yang lamanya satu detik 'disini' dianggap sama panjang dengan 'disana' dalam semesta ini, sekarang terbukti tidak demikian halnya. Apabila seorang astronot membawa pencatat waktu kesebuah planet diangkasa, bintang yang sangat dekat misalnya, ... atau membawanya dalam pesawat ruang angkasa yang super cepat, misalnya dengan tingkat laju yang mendekati kecepatan cahaya, maka pencatat waktu yang identik yang berada dibumi akan dapat menunjukkan dengan mudah satu detik pada astronot itu lebih lama jangka waktunya dibanding satu detik dibumi. Kenyataaan yang baru ditemukan dan dipahami para ilmuwan dalam abad ke 20, sebenarnya telah disebut dalam Alqu'an pada ayat 5 surat As Sajdah :

"Dia mengatur perintah dari langit sampai ke bumi, kemudian para malaikat naik menghadap pada-Nya dalam satu hari yang ukuran lamanya sama dengan seribu tahun menurut perhitunganmu"

Mudah-mudahan kita diberi kefahaman atas ilmu-ilmu_Nya yang tersembunyi maknanya.
Share This
Previous Post
Next Post

Pellentesque vitae lectus in mauris sollicitudin ornare sit amet eget ligula. Donec pharetra, arcu eu consectetur semper, est nulla sodales risus, vel efficitur orci justo quis tellus. Phasellus sit amet est pharetra

0 comments: