Advertisement |
(Oleh: Ust. Abu Sangkan)
Alqur'an didalam mengungkapkan suatu masalah yang konkrit, misalnya hukum rajam, hukum jinayat, hukum waris, hukum syariat mu'amalat, dijelaskan Dengan kalimat yang bukan majaz ... yaitu muhkamat artinya sudah jelas, tidak perlu ditafsirkan lagi. Seperti shalatlah kamu, dan bayarlah zakat , dst...
Alqur'an didalam mengungkapkan suatu masalah yang konkrit, misalnya hukum rajam, hukum jinayat, hukum waris, hukum syariat mu'amalat, dijelaskan Dengan kalimat yang bukan majaz ... yaitu muhkamat artinya sudah jelas, tidak perlu ditafsirkan lagi. Seperti shalatlah kamu, dan bayarlah zakat , dst...
Akan tetapi kalau sudah mencakup persoalan ghaib ... tentang Allah, syurga,
dan neraka, ... serta perasaan, maka Alqur'an menggunakan kalimat perumpamaan
... metafora ... yang biasa disebut mutasyabihaat..
Ada kelemahan bahasa manusia jika mengungkapkan rasa, sehingga Rasulullah
ketika menjelaskan masalah syurga-pun tidak menjelaskan keadaan sebenarnya ...
beliau hanya memberikan gambaran bahwa syurga itu indah dan nikmat, dibawahnya
ada air susu dan madu mengalir, ada buah-buahan ,korma, anggur dan
arak....setelah itu beliau memberikan penjelasan ... keadaan syurga itu tidak
pernah terdengar oleh telinga ... tidak bisa terbayangkan oleh Pikiran ... dan
tidak pernah terlintas dihati. Artinya bukan seperti apa yang digambarkan oleh
Rasulullah ... (lihat gambaran syurga dalam surat Yaasin ayat:55-57)
Bagaimana Rasulullah akan menjelaskan sesuatu, atau keadaan yang didunia
Ini tidak ada. Bagaimana beliau akan memperbandingkan sesuatu yang tidak ada didunia.
Apa jadinya kalau syurga itu seperti apa yang telah kita bayangkan tadi ...
mirip dengan apa yang kita rasakan ... Hal ini juga terjadi kepada kita, ketika
dihadapkan persoalan ungkapan rasa misalnya, hatiku telah bersemi lagi ...
mendidih rasa hatiku tatkala melihat orang kafir itu membantai kaum muslim
Bosnia ... perampok itu tergolong pembunuh berdarah dingin .... dan banyak lagi
ungkapan rasa yang tidak tertampung dan terwakili oleh kosa kata bahasa verbal
....
Namun demikian, kita sudah memahami maksudnya tanpa harus menafsirkan
kalimat tersebut, sebab kalau kita mencoba menafsirkan ungkapan itu maka akan
terjadi kesalah fahaman yang pasti akan menyimpang, sehingga wajarlah
Rasulullah tidak pernah menafsirkan atau memberikan keterangan hal tersebut
berupa 'foot note' dalam Alqur'an, sebab para sahabat sudah mengerti Maksudnya
tanpa harus bertanya apa maksudnya. Misalnya ada orang berkata " saya mau
pergi ke rumah sakit" pasti anda tidak akan mengernyitkan mata karena
bingung..khan ? Jangan ditafsirkan dengan mengatakan "rumah kok
sakit"
Begitu pula tentang keberadaan Allah bahkan wujud Allah ... Allah
Mempergunakan kalimat mutasyabihat dalam menerangkan keadaan diri-Nya, seperti
dalam firman-Nya :
" ... Allah adalah cahaya langit dan bumi" (QS. An Nur: 35)
" ... hai iblis apakah yang menghalangi kamu bersujud kepada yang
telah Ku Ciptakan dengan kedua tangan-Ku ..." (QS. As Shaad:75)
"maka Allah menjadikannya tujuh langit dalam dua hari..." (QS. Al
Fushilat 12)
" ... Allah meliputi segala sesuatu" (QS. Al Fushilat 54)
"Dan Dia lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari dan
singgasana-Nya sebelum itu berada diatas air" (QS. Al Hud:7)
Didalam buku Berguru Kepada Allah pada 'Bab Membuka Hijab', telah saya
tulis & jelaskan tentang pertanyaan dimana, dan seperti apa Allah swt ?
Firman Allah:
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
jawablah bahwasanya Aku ini dekat ..." (QS. Al Baqarah :186)
".. dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya" (QS.
Qaaf:16)
" ... ingatlah bahwa sesungguhnya Dia maha meliputi segala
sesuatu" (QS. Al Fushilat 54)
" ... kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah .. "(QS. Al
Baqarah:115)
Sangat jelas bagi kita, bahwa ungkapan-ungkapan mutasyabihat diatas,
dimengerti bukan untuk ditafsirkan, melainkan sebagai batasan fikiran melalui
konsepsi manusia. Bukan hal yang sebenarnya, sebab Allah tidak bisa
dibandingkan dengan sesuatu (QS. As syura: 11), bahwa Allah tidak bisa dilihat
dengan mata manusia dan tidak bisa dijangkau oleh fikiran manusia akan tetapi
Allah Maha Melihat segala yang kelihatan (QS. Al An'am : 102-103)
Seperti yang pernah saya katakan, bahwa Allah mentasybihkan dan meminjam
kata-kata yang dimiliki manusia untuk memudahkan berdialog dan memberikan
pengertian dalam bentuk bahasa manusia dan ilmu, sebab kalau kita
menterjemahkan dengan kata sebenarnya maka akan ada benturan-benturan yang
saling bertentangan ...
Mari kita perhatikan firman Allah dibawah ini:
"Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari dan
singgasananya sebelum itu berada diatas air" (QS. Hud :7)
"Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang berada
diantara mereka dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam diatas
singgasana-Nya"(QS. Sajdah :4)
Bukankah syirik, untuk memberikan tafsiran yang menggambarkan bahwa Allah
memerlukan singgasana dan bahwa singgasana itu seakan-akan terapung diatas air
dan juga seakan-akan Allah sesudah membuat langit dan bumi berserta isinya naik
kembali ke tahta-Nya ?
Alangkah anehnya, jika dikatakan Allah dalam menciptakan langit dan bumi
beserta isinya memerlukan waktu enam hari/masa ? Padahal bumi dan matahari
belum tercipta! Apa yang menjadi patokan waktu, ... padahal ruang pun tidak
ada. Namun demikian, saya akan sedikit berikan gambaran masalah penciptaan alam
dan persoalan waktu ...
Bilamana maha ledakan (big bang) itu terjadi ? Dari pengetahuan kita
mengenai kecepatan berkembangnya alam semesta, diperkirakan peristiwa itu
terjadi antara sepuluh sampai lima belas miliar atau ribu juta tahun yang lalu.
Kemudian, dari keliling kosmos dan umurnya, dapat dihitung kembali suhu alam
semesta sesaat sesudah ledakan itu terjadi. Diperkirakan pada saat itu suhu
kodmos melebihi seratus juta juta juta juta derajat, karena kerapatan materi
yang sangat tinggi pula. Orang tidak pula dapat menamakan keadaan alam semesta
pada waktu itu. Kerapatan tinggi pada suhu rendah membentuk benda padat,
kerapatan rendah pada suhu tinggi membentuk gas, tetapi kerapatan materi yang
sangat tinggi yang dibarengi dengan suhu yang sangat tinggi, ilmuwan pun tidak
tahu keadaannya kecuali menamakannya sebagai "sop kosmos" suatu
fluida.
Inilah yang disebut dalam ayat 7 surat Hud dengan "air".
Kata-kata " singgasana-Nya berada diatas air (sebelum bumi dan langit
diciptakan), oleh karena mengandung makna bahwa pemerintahan atau peraturan
Allah ditegakkan atas fluida kosmos itu. Pada saat itu materi beserta ruang
kosmos sudah diatur oleh Allah. dan mereka mengikuti serta tunduk pada
peraturan-peraturan itu, jadi pada saat diciptakan alam semesta, Allah telah
menetapkan berlakunya hukum-hukum alam sebagai sunnatullah Dengan erlakunya
hukum-hukum alam ini maka semua makhluk, baik ruang kosmos, atom molekul,
partikel dan seluruh materi yang tersusun sebagai benda mati atau hidup, matahari,
bumi, bintang dan sebagainya, berjalan sepanjang waktu sesuai dengan ketetapan
hukum-hukum tersebut, ... tidak satupun yang menyimpang kecuali izin Allah.
Kitapun dapat mengerti apa makna yang terkandung dalam surat Sajadah ayat
4, dimana dinyatakan bahwa setelah melewati fase 'sop kosmos', Allah
menciptakan langit dan bumi beserta segenap isinya, dalam enam hari dan
menegakkan kekuasaan atau pemerintahan-Nya sekaligus sejak awal penciptaan.
Kita semua mengetahui apa yang disebut ruang secara intuitif, yaitu suatu
volume berdimensi tiga yang dapat ditempati oleh suatu benda. Tiap benda
didalam ruang itu mempunyai tempat yang dalam ilmu pengetahuan alam,
ditunjukkan oleh apa yang disebut koodinat ruang. Kita juga mengetahui apa yang
dimaksud dengan kata-kata waktu, ... ia memberikan urutan ketika berlangsung
gejala gejala di dunia ini ... "kemarin" mendahului
"sekarang", dan "sekarang" lebih awal dari
"besok". Didalam sains, kita mengatakan bahwa gejala-gejala itu
membuat koordinat waktu. jadi semua gejala alamiah memiliki koordinat ruang dan
waktu, karena mereka terjadi pada tempat-tempat dan pada urutan waktu
masing-masing. Orang mengatakan bahwa gejala-gejala alam itu berjalan melalui
kontinuum ruang dan waktu, sebab orang beranggapan bahwa suatu gejala diikuti
oleh gejala-gejala lanjutannya dalam suatu rangkaian yang tak terputus,
berlanjut atau kontinu. Kecuali itu pengertian kontinuum ruang-waktu mengandung
makna, bahwa ruang dan waktu merupakan satu kebulatan yang tak terpisah satu
sama lain.
Kalau dulu waktu yang lamanya satu detik 'disini' dianggap sama panjang
dengan 'disana' dalam semesta ini, sekarang terbukti tidak demikian halnya.
Apabila seorang astronot membawa pencatat waktu kesebuah planet diangkasa,
bintang yang sangat dekat misalnya, ... atau membawanya dalam pesawat ruang
angkasa yang super cepat, misalnya dengan tingkat laju yang mendekati kecepatan
cahaya, maka pencatat waktu yang identik yang berada dibumi akan dapat
menunjukkan dengan mudah satu detik pada astronot itu lebih lama jangka
waktunya dibanding satu detik dibumi. Kenyataaan yang baru ditemukan dan
dipahami para ilmuwan dalam abad ke 20, sebenarnya telah disebut dalam Alqu'an
pada ayat 5 surat As Sajdah :
"Dia mengatur perintah dari langit sampai ke bumi, kemudian para malaikat
naik menghadap pada-Nya dalam satu hari yang ukuran lamanya sama dengan seribu
tahun menurut perhitunganmu"
0 comments: